Rabu, 17 Mei 2017

Pak Ponjen, Tradisi dalam Pernikahan Masyarakat Troso



Troso – Tradisi Jawa “Pak Ponjen” menjadi salah satu ritual adat pernikahan Jawa yang dilakukan di desa Troso baru-baru ini. (20/04/2017) Orang Jawa menyebutnya Pak Ponjen, berasal dari kata bahasa Arab فَازَ يَفُوْزُ فَوْزًا  yang memiliki arti kemenangan, sukses dan berhasil. Ma’ruf (39 th) mengartikan Pak Ponjen merupakan tradisi Jawa yang memiliki tujuan mendo’akan dan memberi bekal atas selesainya orang tua mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pernikahan dari anak paling sulung hingga paling bungsu. Pelaksanaannya pun pada acara pernikahan anak bungsu (terakhir) sebagai tanda berakhirnya sebuah keluarga merayakan pesta pernikahan atau mantu.
Tradisi yang sudah lama di-uri-uri ini selalu dinanti para pe-ngiring manten untuk menyak-sikan dan ikut serta meramai-kannya. Banyak hal menarik dari tradisi ini, mulai dari ramainya peserta, gelak canda tawa yang menghiasi suasana, hingga peristiwa lucu seperti saling sodok antar peserta (anak-anak hingga dewasa bahkan orang tua), saling injak, saling cakar (tanpa kesengajaan) merebutkan recehan rupiah sehingga tak lagi ada perbedaan antara kaya dan miskin. Semua peserta bersatu-padu dalam suasana bahagia seperti kebahagiaan sepasang manten beserta keluarganya.
Ma’ruf menjelaskan bahwa Pak Ponjen diawali dengan ritual mengitari gentong atau paso berisi air yang ditutup tampah sebanyak tiga putaran. Ritual ini sebagai simbol memberi bekal kepada masing-masing pasangan manten dari sulung sampai bungsu yang semuanya telah dinikahkan. Ritual dipandu oleh pemuka adat setempat dengan diiringi sholawat nabi sebagai realisasi keislaman. Sebelum mengitari gentong, semua pasangan (secara berurutan dari pasangan anak paling sulung hingga paling bungsu) yang telah dinikahkan saling memegang ujung baju. Sedangkan orang tua dari anak-anak tersebut memimpin perjalanan mengitari gentong. Sembari dipecuti, irama sholawat diperdengungkan pada prosesi pertama ini. Dipecuti ini memiliki makna bahwa agar pembangunan rumah tangga disertai dengan semangat yang membara (baik semangat dalam bekerja maupun semangat hidup). Sebagai simbol semangat, “proses mecuti sebaiknya dilakukan dengan keras.” Imbuh Ma’ruf.
Prosesi kedua dilakukan saat setelah mengitari gentong, anak bungsu yang telah dinikahkan segera menendang gentong berisi air hingga tumpah. Tak lama pemuka adat menyebar (ngepyurke) uang sebagai simbol (bekal orang tua terhadap anak) dibangunnya sebuah rumah tangga agar tumbuh harmonis. Cara penyebaran uang dilakukan dengan arah ke depan dengan tujuan tolak-balak, menolak sangkakala dan hal-hal yang dapat mengganggu kehidupan rumah tangga, Ucap Ma’ruf. Uang tersebut dicampur dengan beras kuning dan disebar sebagai tanda rizqi yang perlu dishodaqahkan. Banyak warga (peserta) berebut untuk mendapatkan recehan rupiah dengan suasana ramai dan penuh kebahagiaan, seperti kebahagiaan yang dialami pasangan yang baru menikah.
Sebagai akhir prosesi adat Jawa bertajuk Islam, ditutuplah acara ini dengan do’a memohon keselamatan. Do’a dapat dilakukan diawal maupun diakhir acara. Ma’ruf menambahkan:
هُوَالْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالضَّا هِرُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
Permohonan do’a keselamatan dapat dilakukan di awal, di tengah maupun di akhir. Pada intinya adalah meminta keselamatan atas berakhirnya perayaan pesta pernikahan atau mantu.
Dalam Info Seputar Jepara (02/07/2013) disebutkan bahwa Pak Ponjen merupakan tradisi Jawa yang beradaptasi dengan Islam sebagai agama mayoritas di Jepara. Budaya Jawa yang animistis magis bertemu dengan unsur budaya Islam yang monotheistis, terjadilah pergumulan yang menghasilkan Jawa Islam yang sinkretis dan Islam yang puritan. Di kalangan Jawa Islam inilah tumbuh dan berkembang perpaduan budaya Islam Jawa yang memiliki ciri luar budaya itu menggunakan simpul Islam, tetapi ruh budayanya adalah Jawa Sinkretis. Islam digambarkan sebagai wadah sedang isinya adalah Jawa.

Laporan Hasil Interview dan Observasi
Budaya Jawa di Troso Pecangaan Jepara

Selasa, 28 Februari 2017

Perubahan Kurikulum, Tak Diimbangi Perubahan Mindset Pendidik maupun Fasilitas Sekolah



Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasa 1 ayat 19) menyatakan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Setidaknya kurikulum memegang peranan peting dalam aspek konservatif, kreatif maupun kritis dan evaluatif. Ketiga peranan inilah yang akan menentukan arah dan tujuan dari proses suatu pembelajaraan.

Empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu: learning to know (belajar mengetahui), learning  to do (belajar melakukan sesuatu), learning to be (belajar menjadi sesuatu) dan learning to live together (belajar hidup bersama) menjadi target setiap negara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Beragam cara dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan yang termuat dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satunya adalah pengembangan kurikulum 2013 yang telah didesain di Indonesia.
Perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 (KTSP 2006) ke kurikulum 2013, menjai persoalan tersendiri yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Beberapa hal perlu disoroti dalam menanggapi masalah tersebut, diantaranya termuat dalam okezone news (11/12/2014) yaitu:
1.      Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
2.      Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
3.      Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no. 159).
4.      Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
5.      Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga menyebabkan ketidak-selarasan.
6.      Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru.
7.      Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
8.      Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.
9.      Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
10.  Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
Implementasi kurikulum 2013 dibeberapa sekolah memang memiliki beberapa kendala. Salah guru (Slamet Santoso/ 41 th.) IPA MTs. Fatahillah Bringin megungkapkan bahwa KTSP lebih simpel dan lebih mudah. Sedangkan gambaran kurikulum 2013 terlalu rumit. Mungkin disebabkan belum adanya kejelasan implementasi sesuai rancangan yang diinginkan pemerintah. Akibatnya perbedaan pemahaman pendidik menjadikan K-13 dianggap menyusahkan guru. Akan tetapi jika K-13 telah diuji dan digodok dulu sebelumnya, pastinya tidak akan ada kesalah pemahaman antar pendidik yang dapat meyebabkan K-13 harus direfisi untuk kesekian kalinya.
Grand design (desain induk) kurkulum 2013 yang disosialisasikan di berbagai wilayah, ternyata masih meninggalkan miskonsepsi mengenai implementasinya. Hal ini terkendala pada singkatnya waktu dalam memaparkan sejelas-jelasnya konsep kurikulum 2013. Sehingga masih terdapat ketidak singkronan antara pemahaman guru satu dengan guru lainnya. Akibatnya kurkulum 2013 dianggap rumit dan  merepotkan oleh sebagian guru. Menanggapi problema yang muncul, setidaknya pemerintah berlaku sigap aggar kurikulum 2013 dapat diimplementasikan dengan baik.
Mutu Pendidik
Pada dasarnya kesepuluh masalah di atas terjadi bukan karena salah menteri pendidikan, guru, maupun siswa. Akan tetapi masalah tersebut muncul akibat beragamnya kondisi sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Perubahan kurikulum di mana pun, sebetulnya hampir sama. selalu membutuhkan penyesuaian pola pikir para pemangku kepentingan (stake holder). Demikian pula yang terjadi pada Kurikulum 2013 ini, ia hanya mungkin sukses bila ada perubahan paradigma atau lebih tepatnya mindset para guru dalam proses pembelajaran. Hal itu mengingat substansi perubahan dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 ini adalah perubahan proses pembelajaran, dari pola pembelajaran ala bank, yaitu guru menulis di papan tulis dan murid mencatat di buku serta guru menerangkan sedangkan murid mendengarkan menjadi proses pembelajaran yang lebih mengedepankan murid untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengeksplorasi, mencoba, dan mengekspresikannya. Proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif tersebut hanya mungkin terwujud bila mindset guru telah berubah. Mereka tidak lagi memiliki mindset bahwa mengajar harus di dalam kelas dan menghadap ke papan tulis. Mengajar bisa dilakukan di perpustakaan, kebun, tanah lapang, atau juga di sungai. Media pembelajaran pun tidak harus buku, alat peraga, atau komputer. Tanam-tanaman dan pohon di kebun, sungai, dan sejenisnya juga dapat menjadi media pembelajaran.
Mengubah mindset guru seperti itu tidak mudah, karena sudah berpuluh tahun guru mengajar dengan model ala bank. Tidak mudah bila tiba-tiba guru harus berubah menjadi seorang fasilitator dan motivator. Mengubah mindset guru itulah pekerjaan rumah tersendiri bagi Kemendikbud. dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kegagalan mengu-bah mindset guru akan menjadi sumber kegagalan implementasi Kurikulum 2013. Persoalannya adalah perubahan mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, melainkan butuh waktu bertahun-tahun, padahal Kurikulum 2013 itu harus dilaksanakan dalam waktu secepatnya. Komprominya adalah persoalan teknis dilatihkan dalam waktu satu minggu, tapi perubahan mindset harus dilakukan terus-menerus dengan cara mendorong guru untuk terus belajar. Pada intinya kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pengajaran. .
Fasilitas Sekolah
Dalam dunia pendidikan, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai, utamanya sekolah di daerah. Kurikulum 2013, mengedepankan kinerja siswa. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Pada mapel pelajaran IPA ada banyak sekali praktik yang jelas membutuhkan laboratorium. Slamet Santoso mengatakan dibutuhkan laboratorium dengan tempat yang luas dan alat-alatnya juga harus memadai untuk dapat menerapkan kurikulum 2013. Contoh saja keadaan di MTs. Fatahillah Bringin, laboratorium untuk pembelajaran IPA digunakan sebagai kelas. Problem ini menjadikan MTs. Fatahillah belum bisa menerapkan kurikulum 2013. Alternatifnya adalah persiapan menuju K-13 yang diimbangi dengan pemenuhan semua fasilitas yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran.
Selain problema yang di alami MTs. Fatahillah, banyak juga sekolah yang mengalami hal serupa. Untuk dapat memenuhi semua fasilitas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi sekolah berbasis swasta. Kemungkinan besar adalah akan memberatkan orang tua murid karena semua fasilitas sekolah dilimpahkan pada pembayaran SPP yang melambung tinggi. Pemerintah sanatlah berperan penting dalam perubahan kurikulum ini. Perubahan KTSP 2006 ke K-13 perlu diimbangi dengan pemenuhan fasilitas agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Sabtu, 13 Februari 2016

Fasisme

Sistem kediktatoran yang menempatkan negara di tangan satu orang dan melarang setiap oposisi atau perlawanan disebut fasisme, yang merupakan manifestasi kekecewaan terhadap kebebasan individual (individual freedom) dan kebebasan berfikir (freedom of thought). Dalam paham ini, terdapat tokoh yang sangat fenomenal yaitu Mussolini dan Hitler. Mereka menganggap fasisme merupakan paham politik yang mengagungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Awal kemunculannya, fasisme muncul dalam masyarakat yang telah maju (developed countries) dan makmur, telah mengalami proses industrialisasi dan modernisasi serta berhasil mengembangkan tehnologi tinggi (high technology). Dilain pihak, fasisme juga lahir dalam negara yang mengalami kegagalan demokrasi atau post-democracy (‘pernah’ mengalami demokrasi). Dalam perkembangannya fasisme berasal dari kaum borjuis kecil, kaum lumpenproletar, bahkan pada tingkatan tertentu dari masa proletar.
Adapun latar belakang perkembangan fasisme meliputi : Pertama, kecenderungan individu menyesuaikan diri secara terpaksa dengan cita-cita dan praktik-praktik kuno. Kedua, kepribadian yang kaku secara emosional dan kurang memiliki imajinasi intelektual yang luas dan terbuka. Ketiga, individu memiliki watak mementingkan status dan kekuasaan atau pengaruh. Keempat, individu memiliki kecenderungan loyalitas yang kuat pada kelompoknya sendiri. Kelima, ia memiliki disiplin dan kepatuhan yang kuat namun kurang akan kebebasan dan spontanitas dalam hubungan kemaniusiaan.

Dalam paham fasime terdapat doktrin-doktrin dan gagasan-gagasan yang mempengaruhi masyarakat saat itu. Diantaranya adalah gagasan mengenai Mitos Ras Unggul (the myth of race), doktrin Anti-Semitisme, doktrin Totalitarianisme dan doktrin tentang Elite & Pemimpin. Setelah terjadinya perang dunia kedua meyakinkan mayoritas orang bahwa fasisme telah dimusnahkan untuk selamanya dan didiskreditkan sampai titik di mana tak dapat lagi menarik pengikut. Ilusi perang dunia kedua dilakukan untuk menjadikan dunia aman dari bahaya fasisme seperti ilusi sebelumnya bahwa perang dunia pertama dilakukan untuk menjadikan dunia aman bagi demokrasi.

Hafal Pancasila, Wujud Cinta Indonesia

Pancasila merupakan dasar yang dijadikan pedoman dalam bela negara sebagai wujud cinta tanah air dan rasa bangga terhadap eksistensi yang dimiliki Indonesia. Bukan hanya sebagai pedoman dalam bertindak dan berperilaku, tetapi paham akan pancasila berarti paham akan bela negara.
Tiap warga negara wajib memahami upaya bela negara karena bela negara bukan hanya menjadi urusan TNI dan POLRI, tetapi hak dan kewajiban seluruh warga negara sesuai peran dan profesinya. Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku sebagai warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Masiswa merupakan harapan dan masa depan Indonesia. Merekalah yang akan mewarisi dan melanjutkan perjuangan bangsa. Meskipun semakin sedikit anak muda (mahasiswa) yang sadar akan pentingnya bela negara, tidak menuntut mahasiswa dalam berperan aktif terhadap bela negara. Yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila di masyarakat.
Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) ditegaskan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Sedangkan dalam Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Bagi mahasiswa bela negara bukanlah berperang dalam arti yang sebenarnya, tetapi hafal dan paham betul tentang pancasila dengan menerapkan tindakan positif di masyarakat adalah salah satu wujud bela negara. Saat ini, para pemuda mulai kehilangan rasa bangga atau bahkan rasa memiliki terhadap tanah air atau negara Indonesia. Jika hal ini terus berlanjut, maka sudah dapat dipastikan Indonesia akan terus terjajah di negeri sendiri.
Peran Mahasiswa
Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat. Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealistis mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Tak dapat dipungkiri bila generasi muda khususnya para mahasiswa, selalu dihadapkan pada permasalahan global. Setiap ada perubahan, mahasiswa selalu tampil sebagai kekuatan pelopor, kekuatan moral dan kekuatan pendobrak untuk melahirkan perubahan. Karena mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.
Wujud Cinta Indonesia

Untuk meningkatkan kesadaran kaum muda (mahasiswa) tentang bela negara, sebagai upaya terlaksananya UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dapat diwujudkan melalui kegiatan di kampus. Mengingat mahasiswa merupakan bagian dari civitas academic dan sebagai generasi muda dalam tahap pengembangan dewasa muda, maka dalam penataan organisasinya disusun berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa dan merupakan sub-sistem dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Dalah hal ini, tentu mahasiswa tidak boleh melupakan pedoman pancasila sebagai dasar untuk menanamkan jiwa nasionalisme. Tujuannya adalah sebagai upaya bela negara sesuai profesi yaitu seorang mahasiswa.

Rabu, 24 Juni 2015

Chemistry is Easily

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

The honorable Mr. Abdul Fatah as english lecturer and all of my friends whom i loved.
Ladies and gentle men, today i’m going to talk to you about chemistry.
Do you know what the chemistry is...? How material is build...?
Surely, you have opinion about chemistry and than thinking, what does the scientist do in laboratory. May be you think that chemistry activity has been done in the laboratory by someone who wears white coat and study chemistry reaction. Mostly person consider like that, and this is true. In this case, many people didn’t understand yet about chemistry. Commonly, chemistry is experimental knowledge and in the part of it, chemistry is the result of research in laboratory.
Now, many scientist use computer to analyze microscopic structural and analyze the characteristic chemistry compounds with electronic tool. In the other hand, chemistry used to analyze toxic in the material in nature. Chemistry mostly used in various field, such as biology and medical. Many scientist took a hand in research and develop new medicine. In the research, scientist study about agriculture, animal husbandry, food, environment, etc. In industry, many worker have a chemistry skill. Because chemistry is important knowledge, so chemistry is called primer knowledge. Many people consider that chemistry is difficult knowledge. But, what do you think about chemistry? Is difficult or easy?
I have a solution to learn chemistry easily, there are :
First, attend in the class and study hard,
Second, repeat the learning material and ask to your self, what do you understand or not, and
Third, don’t be worried to ask lecturer if you don’t understand.
This is tips and trick to learn chemictry easily. Are you interesting to learn chemistry?
The last for me, thank you very much for your nice attention.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

My Interesting Town

Did you know Jepara city?
It was called carving city…
Kartini was born in the city…
That is durian city…
Jepara is the small city in the north beach of Java. The city was crowded by kind of transportation. Unsurprised if Jepara was crowded every day. So many people come to Jepara for having tour or having the other destination. There was a people who looking a job or spending the free time by having a trip around Jepara city.
That’s right, the Jepara city has many culture both tourism, industriy, and special food. For example we see the tourism. Jepara has many beach like Kartini beach. Kartini beach has exotic enchantment in where a big turtle who is inside as symbol Jepara city. Many tourist come here to enjoy the Kartini beach who was beautiful. Inspite of Kartini beach we moved to the Bandengan beach who has another name “Tirto Samudro beach”. In the past this beach was more crowded than Kartini beach. Bandengan beach was larger than Kartini beach. More over, Bandengan beach more cleaned than Kartini beach. We were walking to the south a little we will meet Teluk Awur beach. Now the condition Teluk Awur beach are dirty bacause there is many rubbish carried by waves. Teluk Awur beach lack of protection than the other beach. In the result, tourist seldom come to there. Now we moved away to the north. It merely far away, that is Bondo beach. Bondo beach is located in Bangsri district in where has a white sand. However only a little person know this beach because the located in the remote area. Actually, this beach more beautiful and interesting.

Will you come to Jepara city…?

Senin, 02 Maret 2015

Minat Mahasiswa akan Organisasi Ekstra Makin Terkikis dengan Adanya UIN-nisasi

Perubahan IAIN menjadi UIN nampaknya banyak menimbulkan problema yang terjadi di kampus UIN Walisongo Semarang. Pasalnya kegiatan ekstra pasca UIN-nisasi mengalami penurunan minat mahasiswa dalam bergabung di organisasi tersebut.

Organisasi ekstra kampus seperti Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesia (PMII), banyak menyedot perhatian mahasiswa guna menarik simpati mereka untuk bergabung di dalamnya. Namun hal ini berbeda dengan yang terjadi di UIN Walisongo Semarang saat ini. Minat mahasiwa terhadap organisasi ekstra makin hari makin berkurang dengan adanya UIN-nisasi kampus walisongo. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ekstra layaknya PMII. Organisasi seperti ini sudah sepantasnya memberi dorongan kepada mahasiswa untuk ikut serta meramaikan segala kegiatan organisasi yang tujuan utamanya adalah membentuk kader-kader baru yang berkualitas. Kader-kader seperti inilah yang selanjutnya mengisi kekosongan pemerintahan organisasi dan menciptakan kepengurusan yang jauh lebih baik dari kepengurusan sebelumnya. Namun dalam kenyataannya hanya sebagian kecil mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan organisasi, dampaknya  kepengurusan organisasi sepi akan kader-kader berkualitas hingga akhirnya menurunkan hasil kepengurusan organisasi PMII tersebut.
Dalam berorganisasi mahasiswa dilatih untuk lebih ulet menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. Tugas dan tanggung jawab ini dijalankan semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang maksimal pula, yaitu mampu menjadikan organisasi yeng berhasil membentuk kader pemimpin sebagai calon pemimpin masa depan. Akan tetapi, saat ini organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengalami berbagai problema untuk menciptakan hal tersebut. Banyak tantangan yang terjadi untuk menghasilkan kader yang berkualitas. Diantara problema-problema tersebut adalah minimnya minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi. Semakin mininmya minat mahasiswa untuk berorganisasi berdampak pada minimnya kader-kader yang berkualitas, akibatnya sulit menemukan pemimpin masa depan yang berkualitas.
Minat mahasiswa muncul akibat lingkungan yang mendukungnya. Pihak PMII berhak melakukan berbagai hal untuk menarik simpati dari mahasiwa yang tujuannya adalah mencari massa guna penciptaan kader-kader baru. Disamping hal tersebut, pengurus PMII bertanggung jawab akan kader yang akan melanjutkan perjalanannya. Minat mahasiswa akan berkembang seiring dengan pengemasan organisasi yang apik. Dengan berbagai cara untuk dilakukan pihak rayon, akan dapat menarik minat mahasiswa untuk bergabung di organisassi ekstra kampus. Sehingga minat mahasiswa tidak lagi terkikis karena pengemasan organisasi yang sesuai dengan hati nurani mahasiswa.

Proses UIN-nisasi tidak bisa dibenarkan jikalau menghambat minat mahasiswa untuk berorganisasi ekstra. Dengan UIN-nisasi akan meningkatkan popularitas organisasi ekstra. Bisa dijelaskan bahwa UIN-nisasi memberi tantangan terhadap organisasi ekstra untuk bergerak lebih gesit menarik minat mahasiwa.